Cokelat, camilan yang digemari jutaan orang di seluruh dunia, kini dihadapkan pada kenaikan harga biji kakao yang signifikan. Hal ini dikarenakan wabah penyakit dan penurunan hasil panen yang mengubah lanskap produksi cokelat. Bagi para pecinta cokelat dan pelaku usaha di industri makanan, memahami dampak berantai dari situasi ini menjadi sangat penting.
Seperti yang disorot dalam buletin triwulanan terbaru ICCO (Organisasi Kakao Internasional), industri kakao saat ini tengah bergulat dengan defisit yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kekurangan global diproyeksikan mencapai 374.000 ton akibat penurunan pasokan yang drastis. Para ahli bahkan memperkirakan kekurangan hingga 500.000 ton tahun ini, menandai defisit pasokan kakao terbesar dalam sejarah.
Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Kondisi cuaca buruk: Kekeringan dan banjir di daerah penghasil kakao utama telah berdampak negatif pada hasil panen.
- Penuaan petani kakao: Banyak petani kakao di Afrika Barat, sumber utama biji kakao, sudah lanjut usia dan tidak mampu meremajakan tanaman mereka.
- Wabah penyakit: Penyakit jamur seperti black pod disease dan swollen-shoot virus menyerang tanaman kakao, menyebabkan penurunan hasil panen dan peningkatan biaya produksi.
Sekitar 70% kakao dunia berasal dari daerah rawan penyakit ini, yang menunjukkan betapa pentingnya praktik berkelanjutan dan solusi inovatif untuk menjaga masa depan cokelat.
Dampak Domino: Harga Biji Kakao Meroket
Dampak dari anjloknya pasokan kakao tidak hanya terbatas pada industri itu sendiri. Konsumen pun ikut merasakannya, dengan harga cokelat yang terus meningkat.
Harga biji kakao sendiri telah mengalami lonjakan fantastis. Pada Maret 2023, harga berada di sekitar $2620 per ton. Namun, per 23 April 2024, harga telah meroket menjadi $11.771 per ton, (lebih dari empat kali lipat). Kenaikan harga bahan baku ini mau tidak mau akan diteruskan kepada konsumen oleh para produsen cokelat.
Bagaimana Industri Cokelat Bereaksi?
Di tengah situasi ini, industri cokelat dihadapkan pada dua pilihan: menyerap kenaikan biaya atau membebankannya kepada konsumen.
Beberapa produsen cokelat mungkin memilih untuk menaikkan harga produk mereka secara langsung. Hal ini tentu saja akan membuat cokelat semakin mahal bagi konsumen.
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa industri cokelat akan menggunakan langkah-langkah penghematan biaya untuk menjaga harga tetap rendah. Praktik seperti "shrinkflation" (mengurangi ukuran kemasan dengan tetap mempertahankan harga), mengurangi kandungan kakao, dan penggunaan bahan tambahan yang tidak sehat seperti gula, atau penggunaan cocoa butter equivalents (CBE) yang lebih murah, dikhawatirkan akan marak terjadi.
Dinamika Pasokan dan Permintaan yang Berubah
Di satu sisi, serangan penyakit pada perkebunan kakao menyebabkan pasokan global biji kakao menyusut. Di sisi lain, permintaan cokelat terus meningkat, terutama di pasar negara berkembang seperti China dan India. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan ini memberikan tekanan ke atas harga biji kakao.
Produsen cokelat, yang dihadapkan pada biaya produksi yang lebih tinggi, harus menanggung sendiri biaya tersebut atau mentransfernya kepada konsumen.
Konsekuensi Bagi Konsumen
Bagi pecinta cokelat, dampak dari kenaikan harga biji kakao ini sangat terasa. Harga eceran cokelat kemungkinan akan naik, mencerminkan peningkatan biaya produksi yang ditanggung oleh produsen.
Selain itu, kualitas atau ukuran produk mungkin juga berubah karena perusahaan beradaptasi dengan tekanan biaya.
Di Tulip Chocolate, kami berkomitmen untuk tidak berkompromi dengan kualitas yang diharapkan pelanggan dan telah memutuskan untuk mempertahankan standar kualitas kami.
Menilik ke Depan
Memprediksi prospek harga biji kakao di tahun 2025 adalah hal yang rumit karena berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar. Namun, mengingat situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam industri kakao, setiap produsen dalam industri ini sedang memasuki wilayah yang belum dipetakan terkait dengan lintasan harga kakao.
Tulip Chocolate terus memantau situasi pasar dan akan selalu memberi informasi terbaru kepada para pecinta cokelat. Kami di Tulip Chocolate berjanji untuk menjunjung tinggi kualitas dan standar yang diharapkan pelanggan dan tidak akan menggunakan CBE atau langkah penghematan biaya lainnya yang berdampak pada hasil produksi.